TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM
FILSAFAT
Teori-teori kebenaran:
a. Teori koherensi
Teori ini menegaskan bahwa
suatu proposisi (pernyataan suatu penegetahuan) diakui benar atau sahih jika
proposisi itu memiliki hubungan dengan ide atau gagasan dari proposisi
sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logika sesuai dengan
keterangan dan ketentuan logika. Teori koherensi adalah kebenaran yang
ditegakkan atas dasar hubungan keputusan baru dengan keputusan-keputusan yang
telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu. Matematika dan
silogisme adalah contoh teori koherensi. Contoh: 3 + 4= 7; 5 + 2=7; 6 + 1=7. Tiga pernyataan
tadi benar dan konsisten, sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya
adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap
benar.
b. Teori Korespondensi
Teori ini mengatakan bahwa
suatu pengetahuan itu benar, apabila proposisi bersesuaian dengan realitas yang
menjadi objek pengetahuan itu dan kepastian inderawi. Dengan demikian,
kesahihan pengetahuan itu dapat dibuktikan secara langsung. Suatu pernyataan
benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden
(berhubungan) dengan objek yang dituju. Ibu kota Indonesia adalah Jakarta. Maka
pernyataan itu benar oleh karena pernyataan itu berkorespenden dengan objek
aktual yaitu Jakarta memang Ibu Kota Republik Indonesia.
c. Teori Pragmatis
Menegaskan bahwa pengetahuan
itu sahih, jika proposisinya memiliki konsekuensi kegunaan atau benar-benar
bermanfaat bagi yang memiliki pengetahuan itu. Aliran pragmatisme menyatakan
bahwa nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah
kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis. Teori kesahihan
pragmatis adalah teori kesahihan yang termasuk teori tradisional, selain
koheren dan korespodensi. Teori berkembang pada abad XIX dan awal abad XX.
Suatu pernyataan benar diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Konsekuensi dari pernyataan tersebut memunyai kegunaan praktis dalam
kehidupan manusia. Sekiranya ada orang mengatakan teori X tersebuat
dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar dan ternyata secara
aktual bahwa teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X
dianggap benar, sebab teori X ini adalah bersifat fungsional dan memunyai
kegunaan. Suatu benar kalau dapat dimanfaatkan secara praktis dan tidak
mempermasalahkan hakikatnya.
d. Teori kesahihan semantik
Teori yang menekankan arti
dan makna suatu proposisi. Menurut teori ini arti dan makna sesungguhnya
mengacu pada referensi atau realitas dan bisa juga arti definitif dengan
menunjuk ciri khas yang ada. Teori kebenaran semantik menyatakan bahwa
proposisi itu memunyai nilai kebenaran bila proposisi itu memiliki arti.
e. Teori kebenaran sintaksis
Proposisi yang mengikuti
keteraturan gramatika yang telah diisyaratkan. Suatu adalah benar, bila
mengikuti atau mematuhi hal yang diisyaratkan dari proposisi itu tidak
mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan, maka proposisi itu
memunyai arti.
f. Teori kesahihan logika yang
berlebihan
Teori ini hendak menunjukkan
bahwa proposisi menunjukkan bahwa proposisi logis yang memiliki term berbeda,
tetapi berisi informasi sama, dan tidak perlu dibuktikan lagi atau sudah
menjadi bentuk logik yang berlebihan. Misal, siklus adalah lingkaran atau lingkaran
adalah bulatan dan sebagainya. Proposisi lingkaran bulat tidak perlu dibuktikan
lagi karena lingkaran adalah sesuatu yang terdiri dari rangkaian titik
tertentu, sehingga berupa garis yang bulat. Teori ini banyak dianut olah
kelompok aliran positivism, seperti Ayer, Gallagher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar