Minggu, 06 November 2016

TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT



TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT

Teori-teori kebenaran:
a.       Teori koherensi
 Teori ini menegaskan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu penegetahuan) diakui benar atau sahih jika proposisi itu memiliki hubungan dengan ide atau gagasan dari proposisi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logika sesuai dengan keterangan dan ketentuan logika. Teori koherensi adalah kebenaran yang ditegakkan atas dasar hubungan keputusan baru dengan keputusan-keputusan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya terlebih dahulu. Matematika dan silogisme adalah contoh teori koherensi. Contoh: 3 + 4= 7; 5 + 2=7;  6 + 1=7. Tiga pernyataan tadi benar dan konsisten, sebab pernyataan dan kesimpulan yang ditariknya adalah konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan terdahulu yang dianggap benar.
b.      Teori Korespondensi
Teori ini mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu benar, apabila proposisi bersesuaian dengan realitas yang menjadi objek pengetahuan itu dan kepastian inderawi. Dengan demikian, kesahihan pengetahuan itu dapat dibuktikan secara langsung. Suatu pernyataan benar apabila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkoresponden (berhubungan) dengan objek yang dituju. Ibu kota Indonesia adalah Jakarta. Maka pernyataan itu benar oleh karena pernyataan itu berkorespenden dengan objek aktual yaitu Jakarta memang Ibu Kota Republik Indonesia.
c.       Teori Pragmatis
Menegaskan bahwa pengetahuan itu sahih, jika proposisinya memiliki konsekuensi kegunaan atau benar-benar bermanfaat bagi yang memiliki pengetahuan itu. Aliran pragmatisme menyatakan bahwa nilai akhir dari suatu ide atau kebenaran yang disepakati adalah kegunaannya untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis. Teori kesahihan pragmatis adalah teori kesahihan yang termasuk teori tradisional, selain koheren dan korespodensi. Teori berkembang pada abad XIX dan awal abad XX.
Suatu pernyataan benar diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Konsekuensi dari pernyataan tersebut memunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Sekiranya ada orang mengatakan teori X tersebuat dikembangkan teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar dan ternyata secara aktual bahwa teknik Y dalam meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X dianggap benar, sebab teori X ini adalah bersifat fungsional dan memunyai kegunaan. Suatu benar kalau dapat dimanfaatkan secara praktis dan tidak mempermasalahkan hakikatnya.
d.      Teori kesahihan semantik
Teori yang menekankan arti dan makna suatu proposisi. Menurut teori ini arti dan makna sesungguhnya mengacu pada referensi atau realitas dan bisa juga arti definitif dengan menunjuk ciri khas yang ada. Teori kebenaran semantik menyatakan bahwa proposisi itu memunyai nilai kebenaran bila proposisi itu memiliki arti.
e.       Teori kebenaran sintaksis
Proposisi yang mengikuti keteraturan gramatika yang telah diisyaratkan. Suatu adalah benar, bila mengikuti atau mematuhi hal yang diisyaratkan dari proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang diisyaratkan, maka proposisi itu memunyai arti.
f.       Teori kesahihan logika yang berlebihan
Teori ini hendak menunjukkan bahwa proposisi menunjukkan bahwa proposisi logis yang memiliki term berbeda, tetapi berisi informasi sama, dan tidak perlu dibuktikan lagi atau sudah menjadi bentuk logik yang berlebihan. Misal, siklus adalah lingkaran atau lingkaran adalah bulatan dan sebagainya. Proposisi lingkaran bulat tidak perlu dibuktikan lagi karena lingkaran adalah sesuatu yang terdiri dari rangkaian titik tertentu, sehingga berupa garis yang bulat. Teori ini banyak dianut olah kelompok aliran positivism, seperti Ayer, Gallagher.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar