MANFAAT FILSAFAT DALAM KEMANDIRIAN BANGSA
Ada
orang yang menyatakan bahwa tidak begitu penting mempersoalkan apa yang
diyakini atau dipercayai seseorang, yang penting adalah melakukan hal-hal yang
baik dan hasilnya diharapkan juga baik. Di lain pihak, ada sekelompok orang
yang berkecenderungan menilai tindakan yang didasarkan pada kepercayaan (belief)
dan keyakinan. Gagasan-gagasan (ideas)
seseorang menjadi dasar dari tindakannya, dengan kata lain seseorang tidak
mungkin melakukan perbuatan kecuali dia mempercayai sesuatu.
Pertama,
setiap orang harus membuat keputusan dan melakukan tindakan. Kalau seseorang
akan memutuskan secara bijaksana dan berbuat secara konsisten, dia perlu
menemukan nilai-nilai (values)
dan makna sesuatu hal. Kehidupan memaksa manusia untuk mengadakan pilihan-pilihan dan
bertindak berdasarkan pada skala nilai-nilai. Manusia perlu menjawab problem
tentang benar dan salah, keindahan dan keburukan, bermoral dan tidak bermoral.
Pencarian atas ukuran-ukuran perbuatan
dikatakan baik dan tujuan hidup yang ingin dicapai manusia merupakan bagian
yang penting dari tugas filsafat khususnya filsafat moral (ethics)
dan filsafat ilmu (philosophy of science).
Filsafat tertarik pada aspek kualitatif dari hal-hal yang direnungkan. Filsafat
tidak mengabaikan aspek autentik pengalaman manusia dan berusaha merumuskan
ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dengan cara yang paling masuk akal.
Sesudah
mengajukan pertanyaan tentang “apa guna filsafat”, Jacques Maritain menyatakan
bahwa filsafat mengingatkan manusia atas kegunaan yang luhur dari hal-hal yang
tidak menyangkut sarana-sarana melainkan bersangkutan dengan tujuan-tujuan.
Manusia tidak hanya hidup dengan roti, vitamin dan penemuanpenemuan teknologis.
Manusia juga hidup dengan nilai-nilai (values)
dan realitas yang mengatasi ruang dan waktu dan berharga bagi kepentingannya
sendiri.
Kedua,
tindakan manusia adalah milik manusia sendiri dan manusia benar-benar bebas
kalau manusia menyadari pengendalian batin (inner controls)
memilih tujuan sendiri. Kalau manusia berbuat semata-mata adat, tradisi atau
hukum, berarti dia tidak bebas. Keika ditanya apa yang telah dilakukan filsafat
terhadapnya, Aristoteles menyatakan bahwa filsafat memungkinkan dia berbuat
secara bebas, sedangkan orang lain berbuat karena takut pada hukum. Seseorang
yang bebas adalah mereka yang membuat asas-asas dan aturan-aturan yang dengan
itu dia dapat hidup. Dalam satu masyarakat yang ideal, setiap orang akan
menyetujui atas setiap aturan, dan kalau dia tidak suka pada aturan tersebut
maka dia akan mengkritiknya dan berusaha untuk mengadakan perubahan. Dia akan
melakukan hal ini berdasar atas faktafakta dan asas-asas yang konsisten.
Ketiga,
filsafat adalah salah satu dari beberapa sarana yang tepat untuk memelihara
kebiasaan berefleksi (perenungan). Refleksi berarti proses dari peninjauan
kembali yang intelektual atau menengok ke belakang dengan cara yang serius
tentang apa yang telah terjadi (The Liang Gie, 1977:64). Berefleksi terdiri
dari beberapa kegiatan berpikir. (1) Spekulasi, yaitu membuat dugaan yang masuk
akal atau terkaan yang cerdik pada sesuatu hal tanpa bukti. (2) Deskripsi, yaitu
membuat deskripsi tentang komponen-komponen alam semesta dan mengungkapkan
sifat-sifatnya. (3) Analisis, yaitu mengurai sesuatu yang utuh menjadi
bagian-bagian dan mengungkapkan makna yang terdapat dalam suatu kata,
pengertian dan istilah. (4) Evaluasi, yaitu penaksiran atas sesuatu yang
bernilai yang melekat pada sesuatu hal, pengalaman atau tindakan manusia. (5)
Pemahaman, yaitu kegiatan mengerti dengan sungguh-sungguh atau mengerti secara
cerdas tentang suatu persoalan, fakta, gagasan atau implikasi. (6) Penafsiran, yaitu aktifitas akal untuk
memberikan arti atau melimpahkan kepentingan pada pengalaman-pengalaman manusia.
Tujuan utamanya adalah dapat dipahaminya suatu pengertian yang dialami oleh
manusia.
Filsafat dapat membantu
memperluas wawasan bidang kesadaran untuk menjadi lebih hidup, lebih kritis dan
lebih cerdas. Dalam banyak bidang pengetahuan khusus, ada kumpulan fakta yang
tertentu dan khusus, dan kepada para mahasiswa diajukan beberapa problem
sehingga dipraktekkan untuk sampai pada jawaban yang cepat dan mudah. Namun, dalam
filsafat ada perbedaan-perbedaan sudut pandangan yang harus dipertimbangkan.
Ada beberapa problem yang belum terselesaikan yang sangat penting bagi
kehidupan. Akibatnya, ada rasa kekaguman (wonder),
rasa ingin tahu (curiosity)
dan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat spekulatif dari para mahasiswa
dapat terus dipelihara dan dikembangkan.
Keempat,
manusia hidup dalam abad yang tidak pasti, selalu berubah dan banyak
kepercayaan dan cara lama yang sudah tidak memadai lagi. Dalam keadaan seperti
itu, manusia membutuhkan skala nilai-nilai dan arah tujuan hidup. Seperti
halnya manusia merasakan tidak enak fisiknya bila berada di tengah kekacauan
material dan merasa tidak enak moralnya
bila mereka dihadapkan pada kedholiman
dan ketidakadilan. Di samping itu, inteleknya merasa terganggu hidup di tengah
pandangan dunia yang terpecah dan suasana yang meragukan.
Kemandirian
suatu bangsa terletak pada kemampuan belajar warganya, kemampuan yang
dimaksudkan adalah penyadaran hakiki tentang kehidupan. Elemen pembentuk
kemandirian suatu bangsa terletak pada kesadaran individu yang memiliki
kearifan dan kedewasaan dalam berpikir dan bertingkah laku. Pendidikan pada
tataran formal, non formal, maupun in formal memiliki kontribusi yang besar
terhadap pengembangan pribadi secara utuh. Pendidikan yang berhasil adalah
kesadaran yang luhur terhadap nilai nilai dan tanggung jawab secara vertikal
kepada Tuhan maupun tanggung jawab horizontal kepada sesamanya. Di situlah
letak pentingnya mempelajari ilmu filsafat hingga terbentuk suatu kesadaran
yang mampu merubah hidup dan kehidupan secara harmonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar