Minggu, 06 November 2016

MANFAAT FILSAFAT DALAM KEMANDIRIAN BANGSA



MANFAAT FILSAFAT DALAM KEMANDIRIAN BANGSA

Ada orang yang menyatakan bahwa tidak begitu penting mempersoalkan apa yang diyakini atau dipercayai seseorang, yang penting adalah melakukan hal-hal yang baik dan hasilnya diharapkan juga baik. Di lain pihak, ada sekelompok orang yang berkecenderungan menilai tindakan yang didasarkan pada kepercayaan (belief) dan keyakinan. Gagasan-gagasan (ideas) seseorang menjadi dasar dari tindakannya, dengan kata lain seseorang tidak mungkin melakukan perbuatan kecuali dia mempercayai  sesuatu. 
Pertama, setiap orang harus membuat keputusan dan melakukan tindakan. Kalau seseorang akan memutuskan secara bijaksana dan berbuat secara konsisten, dia perlu menemukan nilai-nilai (values) dan makna sesuatu hal. Kehidupan memaksa manusia  untuk mengadakan pilihan-pilihan dan bertindak berdasarkan pada skala nilai-nilai. Manusia perlu menjawab problem tentang benar dan salah, keindahan dan keburukan, bermoral dan tidak bermoral. Pencarian atas ukuran-ukuran  perbuatan dikatakan baik dan tujuan hidup yang ingin dicapai manusia merupakan bagian yang penting dari tugas filsafat khususnya filsafat moral (ethics) dan filsafat ilmu (philosophy of science). Filsafat tertarik pada aspek kualitatif dari hal-hal yang direnungkan. Filsafat tidak mengabaikan aspek autentik pengalaman manusia dan berusaha merumuskan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dengan cara yang paling masuk akal.
Sesudah mengajukan pertanyaan tentang “apa guna filsafat”, Jacques Maritain menyatakan bahwa filsafat mengingatkan manusia atas kegunaan yang luhur dari hal-hal yang tidak menyangkut sarana-sarana melainkan bersangkutan dengan tujuan-tujuan. Manusia tidak hanya hidup dengan roti, vitamin dan penemuanpenemuan teknologis. Manusia juga hidup dengan nilai-nilai (values) dan realitas yang mengatasi ruang dan waktu dan berharga bagi kepentingannya sendiri.
Kedua, tindakan manusia adalah milik manusia sendiri dan manusia benar-benar bebas kalau manusia menyadari pengendalian batin (inner controls) memilih tujuan sendiri. Kalau manusia berbuat semata-mata adat, tradisi atau hukum, berarti dia tidak bebas. Keika ditanya apa yang telah dilakukan filsafat terhadapnya, Aristoteles menyatakan bahwa filsafat memungkinkan dia berbuat secara bebas, sedangkan orang lain berbuat karena takut pada hukum. Seseorang yang bebas adalah mereka yang membuat asas-asas dan aturan-aturan yang dengan itu dia dapat hidup. Dalam satu masyarakat yang ideal, setiap orang akan menyetujui atas setiap aturan, dan kalau dia tidak suka pada aturan tersebut maka dia akan mengkritiknya dan berusaha untuk mengadakan perubahan. Dia akan melakukan hal ini berdasar atas faktafakta dan asas-asas yang konsisten.
Ketiga, filsafat adalah salah satu dari beberapa sarana yang tepat untuk memelihara kebiasaan berefleksi (perenungan). Refleksi berarti proses dari peninjauan kembali yang intelektual atau menengok ke belakang dengan cara yang serius tentang apa yang telah terjadi (The Liang Gie, 1977:64). Berefleksi terdiri dari beberapa kegiatan berpikir. (1) Spekulasi, yaitu membuat dugaan yang masuk akal atau terkaan yang cerdik pada sesuatu hal tanpa bukti. (2) Deskripsi, yaitu membuat deskripsi tentang komponen-komponen alam semesta dan mengungkapkan sifat-sifatnya. (3) Analisis, yaitu mengurai sesuatu yang utuh menjadi bagian-bagian dan mengungkapkan makna yang terdapat dalam suatu kata, pengertian dan  istilah. (4)  Evaluasi, yaitu penaksiran atas sesuatu yang bernilai yang melekat pada sesuatu hal, pengalaman atau tindakan manusia. (5) Pemahaman, yaitu kegiatan mengerti dengan sungguh-sungguh atau mengerti secara cerdas tentang suatu persoalan, fakta, gagasan atau implikasi. (6)  Penafsiran, yaitu aktifitas akal untuk memberikan arti atau melimpahkan kepentingan pada pengalaman-pengalaman manusia. Tujuan utamanya adalah dapat dipahaminya suatu pengertian yang dialami oleh manusia.
Filsafat dapat membantu memperluas wawasan bidang kesadaran untuk menjadi lebih hidup, lebih kritis dan lebih cerdas. Dalam banyak bidang pengetahuan khusus, ada kumpulan fakta yang tertentu dan khusus, dan kepada para mahasiswa diajukan beberapa problem sehingga dipraktekkan untuk sampai pada jawaban yang cepat dan mudah. Namun, dalam filsafat ada perbedaan-perbedaan sudut pandangan yang harus dipertimbangkan. Ada beberapa problem yang belum terselesaikan yang sangat penting bagi kehidupan. Akibatnya, ada rasa kekaguman (wonder), rasa ingin tahu (curiosity) dan perhatiannya pada hal-hal yang bersifat spekulatif dari para mahasiswa dapat terus dipelihara dan dikembangkan. 
Keempat, manusia hidup dalam abad yang tidak pasti, selalu berubah dan banyak kepercayaan dan cara lama yang sudah tidak memadai lagi. Dalam keadaan seperti itu, manusia membutuhkan skala nilai-nilai dan arah tujuan hidup. Seperti halnya manusia merasakan tidak enak fisiknya bila berada di tengah kekacauan material dan merasa tidak enak  moralnya bila mereka dihadapkan pada kedholiman dan ketidakadilan. Di samping itu, inteleknya merasa terganggu hidup di tengah pandangan dunia yang terpecah dan suasana yang meragukan. 
Kemandirian suatu bangsa terletak pada kemampuan belajar warganya, kemampuan yang dimaksudkan adalah penyadaran hakiki tentang kehidupan. Elemen pembentuk kemandirian suatu bangsa terletak pada kesadaran individu yang memiliki kearifan dan kedewasaan dalam berpikir dan bertingkah laku. Pendidikan pada tataran formal, non formal, maupun in formal memiliki kontribusi yang besar terhadap pengembangan pribadi secara utuh. Pendidikan yang berhasil adalah kesadaran yang luhur terhadap nilai nilai dan tanggung jawab secara vertikal kepada Tuhan maupun tanggung jawab horizontal kepada sesamanya. Di situlah letak pentingnya mempelajari ilmu filsafat hingga terbentuk suatu kesadaran yang mampu merubah hidup dan kehidupan secara harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar