KEBENARAN MATEMATIS DALAM FILSAFAT
FORMALISME
Kebenaran
matematika adalah kebenaran menurut definisi atau persyaratan yang menentukan
makna dari term-term kunci. Persyaratan ini
memberikan ciri khas bahwa validitas kebenaran matematika tidak memerlukan
bukti empiris. Kebenaran matematika semata-mata dapat ditunjukkan dengan
menganalisis makna yang terkandung dalam term-term
di dalamnya, yang di dalam logika disebut sebagai benar secara apriori yang
mengindikasikan bahwa nilai kebenarannya bebas secara logis dari atau apriori
secara logis pada sebarang bukti eksperimental.
Ciri
khas kepastian teoritis berakibat pada pernyataan analitis yang tidak membawa
informasi faktual, tidak memiliki implikasi faktual, tidak memuat kandungan
empiris, sesuatu yang berbeda dengan pernyataan sintetis, sehingga kebenaran
pernyataan analitis dapat divalidasi tanpa referensi bukti empiris. Jadi
validitas kebenaran matematika tidak terletak pada sifat self-evident-nya
dan tidak pula pada dasar empirisnya, akan tetapi diturunkan dari persyaratan
yang menentukan makna konsep-konsep matematika. Dengan demikian, proposisi
matematika adalah benar menurut definisi, kebenaran a priopri, sekali benar
maka untuk seterusnya dan selamanya benar.
Menurut
kaum Formalis matematika berasal dari penggunaan pikiran manusia secara bebas,
bukan melalui praktek matematisasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
memandang apakah matematika yang dihasilkannya berguna dan dapat diterapkan
bukan urusannya. Bagi kaum Formalis, matematika adalah untuk matematika,
matematika an sich. Matematika dikembangkan tanpa
tujuan untuk dapat digunakan dalam praktek dan atau dapat memberi manfaat
nyata.
Jadi kebenaran suatu teorema itu adalah
benar secara kondisional, sehingga kebenaran jenis ini berimplikasi pada tidak
ada asersi tentang fakta empiris sehingga tidak pernah terjadi pertentangan
dengan sebarang penemuan empiris. Konsekuensinya, berbeda dengan hipotesa dan
teori pada sains empiris, hipotesa dalam matematika tidak akan pernah menderita
nasib menjadi tidak cocock dengan bukti empiris yang baru ditemukan. Tentang
hal ini, Einstein memberikan pandangannya (Suriasumantri, 2005), ”Sepanjang
hukum-hukum matematika mengacu pada realita, hukum-hukum itu tidak pasti; dan
sepanjang hukum-hukum itu pasti, mereka tidak mengacu pada realita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar