INTUISIONISME
DALAM ALIRAN MATEMATIKA
Intuisionisme
adalah aliran filsafat dalam tradisi Kant bahwa semua pengetahuan manusia
diawali oleh intuisi, menghasilkan konsep-konsep, dan diakhiri dengan ide-ide.
Setidaknya untuk semua tujuan praktis, segala sesuatu, termasuk matematika,
hanya ada dalam pikiran. Aliran Intuisionisme mulai dikembangkan sekitar 1908
oleh matematikawan Belanda L.J.W. Brouwer (18821966), meskipun beberapa ide
awal intuisionisme diketahui telah ada, seperti yang dirumuskan Kronecker
(1890-an) dan Poincare antara 1902-1906. L.E.J. Brouwer menyatakan bahwa
matematika adalah kreasi pikiran manusia. Bilangan ibarat karakter dalam cerita
dongeng, hanyalah entitas mental, yang tidak akan pernah ada, kecuali dalam
pikiran manusia yang memikirkannya. Jadi, intuisionisme menolak keberadaan
obyek-obyek dalam matematika.
Aliran
Intuisionisme tidak memandang kebenaran matematis sebagai struktur obyektif
seperti pendapat aliran Formalisisme dan Logisisme. Menurut aliran ini,
matematika tidak akan dapat seluruhnya dilambangkan, berpikir matematis tidak
tergantung pada bahasa tertentu yang digunakan untuk mengungkapkannya.
Pengetahuan dari proses matematis haruslah sedemikian sehingga proses itu dapat
diperluas hingga tak terbatas.
Tesis aliran Intusionisme adalah
matematika harus dibangun semata-mata atas dasar metode konstruktif finit
(dalam sejumlah langkah yang hingga) dengan dasar barisan bilangan asli yang
diketahui secara intuitif.
Menurut
aliran ini, pada dasar yang paling dalam terletak intuisi primitif, bersekutu
dan bekerja sama dengan akal duniawi manusia, yang memungkinkan manusia
mengangankan suatu obyek tunggal, kemudian satu lagi, satu lagi dan seterusnya
tak berakhir. Dengan cara ini diperoleh barisan tak berakhir, yang dikenal
dengan barisan bilangan alam. Dengan menggunakan dasar intuitif bilangan asli
ini, sebarang obyek matematika harus dibangun dengan cara konstruktif murni,
dengan menggunakan operasi dan langkah-langkah yang banyaknya berhingga.
Bagi
kaum Intuisionis, suatu himpunan tak boleh dipikirkan sebagai koleksi yang
telah siap jadi, akan tetapi harus dipandang sebagai hukum yang
elemen-elemennya dapat atau harus dikonstruksi selangkah demi selangkah. Konsep
himpunan seperti ini dapat membebaskan matematika dari kemungkinan terjadinya
kontradiksi, seperti munculnya kontradiksi pada pernyataan ”himpunan semua
himpunan”. Kaum Intuisionis juga menolak pendapat aliran formalisme bahwa hukum
excluded midle dan hukum kontradiksi
adalah ekuivalen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar