ABSOLUTISME DALAM ALIRAN MATEMATIKA
Pengetahuan
matematika terdiri dari kebenaran yang sudah pasti dan tidak dapat diubah,
kebenaran yang bersifat absolut/mutlak, merupakan satu-satunya realitas
pengetahuan yang sudah pasti, dan kebenarannya hanya tergantung pada logika dan
kebenaran yang terkandung dalam term-term-nya.
Kebenaran matematika diturunkan dari definisi-definisi dan tidak dapat
dikonfirmasi dengan fakta empiris. Metode deduktif memberikan jaminan untuk
melakukan asersi pengetahuan matematika dengan benar. Klaim bahwa matematika
(dan logika) adalah pengetahuan yang pasti benar secara mutlak, ditopang oleh
pernyataan dasar yang digunakan dalam pembuktian merupakan pernyataan yang
benar. Untuk tujuan mengembangkan sebuah sistem matematika berdasarkan
kesepakatan, aksioma-aksioma matematika diasumsikan benar. Dengan demikian
definisi matematika benar by fiat,
dan teorema-teoremanya secara logika diterima sebagai benar. Selain itu,
aturan-aturan logika yang digunakan untuk menarik pengetahuan baru adalah
benar, menolak segala sesuatu, kecuali bahwa kebenaran diturunkan dari
kebenaran pula.
Munculnya
aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya perbedaan setidaknya
dalam dua hal berikut (Sukardjono, 2000). Pertama, pandangan umum bahwa
matematika merupakan resultan antara sistem aksiomatik dan sistem logika.
Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan antara matematika dengan logika.
Sebagian menganggap logika tercakup dalam matematika (aliran formalisme) dan
sejalan dengan hal itu, intuisionisme berpendapat logika adalah cabang dari
matematika. Sementara yang tidak setuju menyatakan bahwa logika adalah
segalanya, sedangkan matematika adalah sebagian kecil dari logika, atau
matematika adalah cabang dari logika (aliran logisisme). Kedua, terjadinya
krisis landasan metamatika, yang melanda pondasi teori himpunan dan logika
formal, membawa matematikawan mencari landasan filsafat untuk merekonstruksi
matematika agar diperoleh landasan yang lebih kokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar