KEBENARAN MENURUT FILSAFAT
Kebenaran adalah suatu nilai utama di dalam
kehidupan manusia, sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia,
artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan selalu berusaha memeluk suatu
kebenaran (Syam dalam Sofyan, 2010: 425). Sedangkan menurut Russel (dalam Sofyan,
2010: 425) mengatakn bahwa kebenaran adalah suatu sifat kepercayaan dan
diturunkan dari kalimat yang menyatakan kepercayaan tersebut. Kebenaran
merupakan suatu hubungan antara suatu kepercayaan dan fakta. Menurut Djaelani
(dalam Sofyan, 2010: 425) kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan dengan
fakta-fakta itu sendiri atau pertimbangan (judgment) dan situasi yang
dipertimbangkan itu berusaha melukiskannya.
Kebenaran adalah soal hubungan antara
pengetahuan dan apa yang dijadikan objeknya, yaitu apabila terdapat persesuaian
dalam hubungan antara objek dan pengetahuan kita tentang objek itu (Gazalba
dalam Sofyan, 2010: 426). Menurut adalah kesesuaian dengan fakta. Kebenaran
adalah perwujudan dari pemahaman subjek tentang sesuatu, terutama yang bersumber
dari sesuatu yang di luar subjek, yaitu fakta, peristiwa, nilai-nilai (norma
hukum) yang bersifat umum. Kebenaran menurut Plato dan Aritoteles adalah
pernyataan yang dianggapbenar itu bersifat koheren atau konsisten dengan
pernyataan sebelumnya (Jalaludin dalamSofyan, 2010: 426). Kebenaran itu
tampaknya bersifat relatif sebab apa yang dianggap benar oleh suatu masyarakat
atau bangsa, belum tentu akan dinilai sebagai suatu kebenaran oleh masyarakat
atau bangsa lain. Dari beberapa pengertian di atas, penulis memahami bahwa
kebenaran adalah sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta dan bersifat
relatif. Artinya apa yang dianggap seseorang benar, belum tentu orang lain
menganggap benar.
1.
Sifat Kebenaran
Menurut Mintaredja (dalamSofyan, 2010: 430) mengatakan
kebenaran dapat digunakan sebagai suatu benda yang konkret atau abstrak. Subjek
menyatakan suatu preposisi yang diuji memiliki suatu kualitas, sifat, hubungan,
dan nilai itu sendiri. Kebenaran dalam filsafat dibedakan menjadi tiga hal.
a. Kebenaran yang berkaitan dengan kualitas
pengetahuan hal ini terbagi atas.
1.
Pengetahuan biasa memiliki inti kebenaran sifatnya subjektif, artinya amat
terikat pada subjek yang mengenal. Dengan demikian, pengetahuan tahap pertama
ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan
bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.
2.
Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang tetap menetapkan objek yang khas
atau spesifik dengan menerapkan metodologi yang khas pula. Kebenaran ilmiah
bersifat relatif, maksudnya kandungan kebenaran mendapatkan revisi yaitu selalu
diperkaya oleh penemuan yang paling mutakhir.
3. Pengetahuan
filsafat, yaitu pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran
filsafat yang sifatnya mendasar dan menyeluruh dengan model pemikiran yang
analitis, kritis, dan spekulatif. Sifat kebenaran dalam pengetahuan filsafat
itu absolut.
4.
Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama memiliki sifat
dogmatis. Suatu agama selalu dihampiri oleh keyakinan tertentu, sehingga
pernyataan dalam kitab suci agama memiliki kebenaran sesuai dengan keyakinan
yang digunakan untuk memahami.
b.
Kebenaran dikaitkan dengan karakteristik, cara atau alat yang digunakan
seseorang membangun pengetahuannya. Implikasi dari pengguna alat untuk
memperoleh pengetahuan melalui alat indera tertentu akan mengakibatkan
karakteristik yang dikandung oleh pengetahuan memiliki cara tertentu untuk
membuktikannya.
c. Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya
pengetahuan. Terjadinya relasi atau hubungan antara subjek dan objek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar