Jumat, 11 November 2016

FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA



FILSAFAT PENDIDIKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Dari sudut pandang potensi yang dimiliki itu, manusia dinamakan dengan berbagai sebutan. Dilihat dari potensi inteleknya manusia disebut homo intelectus. Manusia juga disebut homo faber, karena manusia memiliki kemampuan untuk membuat beragam barang atau peralatan. Kemudian manusia pun disebut sebagai homo sacinss atau homo saciale abima, karena manusia adalah makluk bermasyarakat. Di lain pihak, manusia juga memiliki kemampuan merasai, mengerti, membedabedakan, kearifan, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Atas dasar adanya kemampuan tersebut, manusia disebut homo sapiens (K. Prent, CM, J. Adisubrata, W.M. Poerwadarminta, 1969: 322-764).
Filsafat pendidikan, seperti dikemukakan Imam Barnadib, disusun atas dua pendekatan. Pendekatan pertama bahwa filsafat pendidikan diartikan sebagai aliran yang didasarkan pada pandangan filosofis tokohtokoh tertentu. Sedangkan pandangan kedua adalah usaha untuk menemukan jawaban dari pendidikan beserta problema-problema yang ada yang memerlukan tinjauan filosofis (Imam Barnadib: 7).
Dari pendekatan pertama, terkait dengan kualitas potensi manusia, terdapat tiga aliran filsafat. Pertama, aliran naturalisme, yang menyatakan bahwa manusia memiliki potensi bawaan (natur) yang dapat berkembang secara alami, tanpa memerlukan bimbingan dari luar (lingkungan). Secara alami manusia akan bertambah dan berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Tokoh aliran ini adalah Jean Jacques Rosseau.
Kedua, aliran empirisme. Menurut aliran ini, manusia tumbuh dan berkembang atas bantuan atau karena adanya intervensi lingkungan. Tanpa ada pengaruh luar, manusia tidak akan berkembang. Manusia dianggap sebagai mahluk pasif tanpa potensi bawaan. Manusia ditentukan bagaimana lingkungan mempengaruhinya. Jika lingkungan baik maka akan menjadi baik. Sebaliknya jika lingkungan buruk manusia akan menjadi buruk pula. Tokoh aliran ini adalah Schopenhauer.
Ketiga aliran Konvergensi, yang memiliki pandangan gabungan antara naturalisme dan empirisme. Menurut aliran ini manusia secara kodrati telah dianugrahi potensi yang disebut bakat.  Namun agar potensi itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik perlu adanya pengaruh dari luar berupa tuntunan dan bimbingan melalui pendidikan. Bakat hanyalah kemampuan atau potensi dasar. Pertumbuhan dan perkembangan tergantung dari pemeliharaan atau pengaruh lingkungan. Tokoh aliran ini adalah John Locke.
Ketiga aliran tersebut kemudian menjadi dasar pemikiran tentang manusia dalam kaitan dengan problema pendidikan. Namun, Kohnstamm menambah faktor kesadaran sebagai faktor keempat. Dengan demikian, menurutnya, selain faktor dasar (natur) dan faktor ajar (empiri), yang kemudian dikovergensikan, masih perlu adanya faktor kesadaran individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar