FILSAFAT
FORMALISME
Aliran
formalisme dalam matematika dapat dilacak pada Bishop Berkeley, tetapi pencetus
utamanya adalah David Hilbert (1862-1943), pada tahun 1925, diteruskan oleh J.
Von Neumann tahun1931 dan H. Curry tahun 1951. Aliran Formalisme banyak dianut
oleh matematikawan Amerika akibat pengaruh Oswald Veblen dan V.E. Huntington. Aliran
ini sering disebut aliran postulatsional atau aliran aksiomatik dan dalam
pendidikan matematika melahirkan jenis matematika yang disebut matematika
modern (New Math) seperti yang sekarang diberikan
di sekolah-sekolah.
Formalisme
dibentuk dengan tujuan khusus menyingkirkan semua kontradiksi dalam matematika,
antara lain mengatasi paradok dalam teori himpunan (Paradok Russel/Paradok
Tukang Cukur) dan untuk menyelesaikan tantangan matematika klasik yang
disebabkan oleh kritik kaum Intuisionis. Dengan kata lain aliran formalisme
bertujuan untuk menterjemahkan seluruh matematika ke dalam sistem formal yang
tidak dapat diinterpretasikan (kosong dari arti).
Aliran
formalisme menganjurkan pendekatan murni abstrak, berangkat dari prinsip awal,
dan mendeduksi segalanya dari prinsip awal tersebut. Karyakarya yang
dihasilkannnya sama sekali tidak mempunyai (dan memang tidak perlu mempunyai)
hubungan dengan ilmu pengetahuan dan dunia nyata, sesuatu yang sangat
membanggakan aliran ini. Menurut aliran formalisme, matematika sekedar rekayasa
simbol berdasarkan aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan
tautologis, yang memiliki konsistensi internal, tetapi kosong dari makna.
Matematika direduksi hanya menjadi sebuah permainan intelektual, seperti catur.
Dalam bahasa populer, formalisme memandang matematika sebagai permainan formal
penuh makna yang dimainkan dengan lambang-lambang di atas kertas menggunakan
aturan tertentu.
Kaum
formalis memandang matematika sebagai koleksi perkembangan abstrak, dimana term-term
matematika semata-mata hanyalah lambang-lambang dan pernyataan adalah
rumus-rumus yang melibatkan lambang-lambang tersebut. Dasar untuk aritmatika
tidak terletak pada logika tetapi pada koleksi tanda-tanda pralogis atau
lambang-lambang dalam seperangkat operasi dengan tanda-tanda ini. Oleh karena
itu, menurut aliran Formalisme, matematika kosong dari muatan konkrit dan hanya
memuat elemen-elemen lambang ideal, sehingga membangun kekonsistenan dari
berbagai cabang matematika menjadi sangat penting. Tanpa disertai bukti
kekonsistenan, seluruh penyelidikan matematika tidak berarti sama sekali.
Dengan tesis kaum formalis ini, perkembangan matematika aksiomatis terdorong ke
puncak kejayaan tertinggi.
Sebagai akhir dari artikel ini, berikut adalah kritik naratif terhadap
filsafat formalisme. Melalui konsep kekontinuan, kaum Formalis menerima
kehadiran ketakberhinggaan. Persamaan diferensial menyatakan realitas sebagai
sebuah kontinum, sehingga perubahan dalam ruang dan waktu dipahami terjadi
secara mulus dan tak terputus. Akibatnya tidak tersedia ruang untuk
perubahanperubahan yang terjadi secara mendadak. Kontinuitas adalah perubahan
yang mulus dan gradual, bertahap dan tidak mendadak. Dalam persamaan
diferensial, waktu dianggap terbagi dalam serangkaian time-step
yang kecil, sebagai suatu pendekatan terhadap realitas, meskipun kenyataannya
tidak ada hal seperti itu dalam realitas, sebab segalanya mengalir, pantharei,
demikian Heraklitus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar