METAFISIKA DAN
PENDIDIKAN YANG REALISTIS
Prinsip
dasar dari filosofis yang realistis adalah segala persoalan yang benar-benar
nyata. Lembah-lembah, pepohonan, kota-kota dan bintang-bintang bukanlah ide
yang ada dalam pikiran kita tentang mengidentifikasikan seorang individu, atau
mungkin dalam pikiran seorang peneliti sekalipun. Hal tersebut ada dalam
pikiran itu sendiri. Walaupun seorang realis setuju tentang realitas dari suatu
persoalan, mereka tidak setuju dalam beberapa hal lain dan juga mungkin saja
terbagi kedalam berbagai persoalan. Saat ini pengelompokan yang utama yaitu
“rational realism” dan lainnya yaitu
“natural” atau “Scientific realism”.
Rational
realism, kebiasaan atau tradisi ini biasanya dibagi kedalam “classical realism”
dan “religious realism”. Bentuk utama dari religious realism (realism
keagamaan) adalah “Scholosti realism” ( sistem filsafat di Eropa pada abad
pertengahan), yang merupakan filsafat resmi dari gereja katolik Romawi.
Kedua sistem tersebut menghasilkan pengaruh
terhadap seorang filsafat dari athena yaitu Aristoteles. Tetapi karena seorang
realis kuno berpegang terhadap aristoteles, berbeda dengan sistem Scholastic
yang berpegangan terhadap St.Thomas Aquinas, karena pengekangan akan doktrin
dari Aristoteles terhadap Theologi dari gereja tersebut, Aquinas membuat suatu
filsafat baru bagi orang Kristen, yang kemudian dikenal dengan “Thomisan (paham
Thomisme),” terlihat dengan jelas tentang perubahan platonisme dengan banyaknya
Ologians pada saat itu.
Realis kuno dan keagamaan setuju bahwa
material dari dunia adalah nyata dan ada diluar pikiran dari siapa saja yang
meneliti hal tersebut. Sesorang yang manganut paham Thomas (Thomistis),
bagaimanapun juga mempertegas bahwa keduanya yaitu bentuk dan semangat
diciptakan oleh Tuhan, yang mana telah dirancang secara teratur dan secara
rasional diluar dari kebijaksanaan tertinggi dan karena kebaikannya. Kenyataan
bahwa Tuhan menciptakan alam semesta adalah untuk membuktikan kekuatannya, kata
Thomas, semua hal yang suci tercipta haruslah nyata. Meskipun tidak harus
seperti nyata dari aslinya, walaupun demikian semangat adalah lebih penting,
ini merupakan semangat dan sempurna dalam hal apa saja. Bagaimana seorang
Thomas tahu tentang ini? Dengan wahyu (dalam kitab perjanjian baru) ramalan,
dan ajaran dari Yesus Kristus, yang mana semua hal tersebut menginformasikan
bahwa kata-kata Tuhan adalah untuk semua umat manusia. Tetapi pengetahuan
mereka, juga dicapai denan maksud lain daripada kesetiaannya terhadap Tuhan;
mereka mendapatkannya dari pengalaman dan alasannya, yang dimana digunakan
untuk tidak bertentangan dengan kesetiaan, tetapi untuk mendukungnya atau
menyemangatinya. Thomas juga menyatakan bahwa seorang laki-laki merupakan suatu
penggabungan dari material dan spritual, dengan badan dan jiwa membentuk satu
sifat atau pembawaan kita bebas, dia berkata dan bertanggung jawab terhadap
perilaku kita; tetapi kita juga abadi, telah ditempatkan dibumi untuk mencintai
dan menghormati pencipta kita dan juga mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Paham Realis yang ilmiah dan Alamiah, ini
merupakan cabang dari paham filsafat yang realis disertai dengan meningkatnya
akan ilmu pengetahuan di Eropa selama abad 15 dan 16. Hal ini ditandai dengan
munculnya juru bicara seperti Francis Bacon, Jhon Locke, David Hume dan John
Struat Mill. Pada abad ini yaitu terdiri dari Ralph Barton Perry, Alfred North
Whitehead dan Bertrand Russell.
Secara skeptik dan ekperimental, paham
realisme yang alamiah mempertahankan bahwa ilmu filsafat harus mencari untuk
menuruti atau mencontoh kekakuan dan keobjektifitasan dari ilmu pengetahuan.
Disaat dunia mengelilingi kita secara nyata, hal ini merupakan tugas dari ilmu
pengetahuan daripada seorang filosof untuk menyelidiki seluruh sifatnya; fungsi
dari filsafat itu sendiri adalah untuk mengkoordinasikan konsepkonsep dan
penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan yang berbeda. Ciri-ciri utama yang
paling signifikan dari alam semesta yaitu bahwa hal tersebut terjadi secara
permanen dan abadi. Perubahan merupakan hal yang nyata, tetapi hal ini
mengambil tempat sesuai dengan hukum yang permanen dari alam, dimana hal itu
memberi alam semesta suatu struktur yang berkelanjutan. Dunia yang abadi
merupakan hal yang berlawanan dengan munculnya perubahan atau mungkin saja
penilaian. Realis yang alamiah yang salah satunya menyangkal hadirnya suatu
alam spiritual atau hal lain yang mempertahankan bahwa dengan hadirnya hal
tersebut tidak bisa dibuktikan, sehingga hal tersebut secara ilmu filsafat
tidaklah penting.
Realis alamiah menyatakan bahwa manusia adalah
suatu organisme biologi dengan sistem perkembangan kecemasan yang sangat tinggi
dan suatu makhluk sosial yang telah tersusun. Tidak ada alasan untuk mendukung
bahwa suatu hasil kebudayaan berdasar atas suatu penyebaran atau lebih dikenal
sebagai hasil pemikiran atau jiwa. Apa yang kita sebut dengan “thought
(pemikiran)”adalah merupakan suatu fungsi komplek yang tinggi dari suatu
organisme yang dimana berhubungan terhadap lingkungannya- persis dalam bentuk
apa saja, meskipun bukan dalam tingkatan, terhadap beberapa fungsi-fungsi yang
lainnya sebagai pernapasan, penggabungan, dan metabolisme. Kebanyakan ilmuwan
yang realis menyangkal adanya keinginan yang bebas; mereka beralasan bahwa
setiap individu ditentukan oleh adanya pengaruh lingkungan sosial dan fisik
didalam struktur genetiknya. Apa yang terlihat bebas dari memilih adalah
penentuan yang secara kebetulan.
Ketika secara realis melihat dunia ada/hadir
tidak tergantung terhadap manusia dan hampir seluruhnnya ditentukan oleh hukum
dimana kita hanya memiliki kontrol yang kecil, sekolah harus memindahkan suatu
inti utama dari suatu subjek yang dimana akan memperkenalkan murid dengan dunia
disekelilingnya. Seorang realis katolik menambahkan bahwa ketika teratur dan
harmonisnya alam semesta, itu merupakan hasil dari “Divine (bersifat
ketuhanan)”, kita harus mempelajari sifat dari hasil ciptaan Tuhan. Menurut
pandangannya tujuan utama dari pendidikan adalah untuk mempersiapkan setiap
individu untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Bagi realis kuno, tujuan
pendidikan adalah untuk melatih murid agar menjadi seorang yang intelektual dan
berwawasan luas,agar bisa melawan seseorang yang berwawasan sempit yang dengan
gampangnya menilai terhadap keadaan fisik dan lingkungannya. Spontanitas dan
kreatifitas seseorang harus dihargai sebagaimana mestinya dengan berbagai macam
pandangan filsafat, tetapi produk dari sifat yang sukar yang dipahami ini
merupakan suatu subjek penelitian yang terbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar