SUDUT PANDANG FILSAFAT
Ilmu
pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Namun, tidak dapat dibalik bahwa
kumpulan pengetahuan itu adalah ilmu pengetahuan. Kumpulan pengetahuan untuk
dapat disebut ilmu pengetahuan haruslah memenuhi beberapa syarat, dua di
antaranya adalah objek material (material object)
dan objek formal (formal object).
Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (gegenstand);
sesuatu yang diselidiki, dipelajari atau dikaji. Objek material mencakup apa
pun baik yang konkret (misalnya badan manusia, tumbuhan, batu, kayu atau tanah)
maupun yang abstrak (misalnya ide-ide, nilai-nilai). Objek formal adalah sudut
pandangan, cara meninjau yang dilakukan oleh seorang pemikir atau peneliti
terhadap objek material serta prinsip-prinsip yang digunakan.
Objek
formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, akan tetapi pada
saat yang sama membedakannya dari bidang yang lain. Satu bidang objek material
dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang
berbeda. Sebagai contoh misalnya objek materialnya “manusia” dan manusia
ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga ada berbagai ilmu yang
mempelajari manusia di antaranya fisiologi, anatomi, psikologi, antropologi,
sosiologi, dan pendidikan.
Istilah
objek material sering dianggap sama dengan pokok persoalan (subject
matter). Pokok persoalan dibedakan dalam
dua arti. Arti pertama, pokok persoalan dimaksudkan sebagai bidang khusus dari
penelitian faktual. Misalnya, penelitian atom termasuk dalam bidang fisika.
Penelitian tentang clorophyl
termasuk penelitian bidang botani atau biokimia. Penelitian tentang bawah sadar
termasuk bidang psikologi. Arti kedua, pokok persoalan dimaksudkan sebagai
suatu kumpulan pertanyaan pokok yang saling berhubungan. Anatomi dan fisiologi
keduanya bertalian dengan struktur tubuh manusia. Anatomi mempelajari struktur,
sedangkan fisiologi mempelajari fungsi. Kedua ilmu itu memiliki pokok persoalan
yang sama, namun juga dikatakan berbeda. Perbedaan ini dapat diketahui bila
dikaitkan dengan corak-corak pertanyaan yang diajukan dan aspek-aspek yang
diselidiki dari tubuh tersebut. Anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang
statis, sedangkan fisiologi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang dinamis.
Timbulnya
filsafat karena manusia merasa kagum, heran, dan takjub terhadap fenomena yang dihadapi.
Pada tahap awal kekaguman, keheranan dan ketakjuban itu tararah pada
gejala-gejala alam, misalnya gempa bumi, gerhana matahari ataupun bulan,
banjir, pelangi, wabah penyakit. Keheranan manusia berarti ada sesuatu yang
tidak diketahuinya, atau dia menghadapi problem. Problem inilah yang ingin
diperoleh jawabannya. Dari mana jawaban diperoleh? Kalau jaman sekarang jawaban
mudah diperoleh misalnya dari orang lain, membaca buku, atau mendengarkan
ceramah. Pada saat itu, pada awal munculnya filsafat banyak orang yang tidak
tahu, maka untuk meperoleh jawaban dilakukan dengan refleksi yaitu bertanya
pada dirinya sendiri, dipikirkan sendiri dan dijawab sendiri.
Dalam
hal ini, tidak semua problem mesti problem filsafat. Ada problem sehari-hari,
problem ilmiah, problem filsafat dan problem agama. Problem filsafat berbeda
dengan problem yang bukan filsafat terutama yang menyangkut materi dan
cakupannya. Ada beberapa ciri problem filsafat.
Bersifat
sangat umum. Problem kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek atau
peristiwa-peristiwa khusus. Dengan kata lain, sebagian besar problem filsafat
bersangkutan dengan ide-ide besar (great ideas),
misalnya ide tentang kebenaran (truth),
kebaikan (goodness), keindahan (beauty)
dan kesucian (holy).
Ide-ide pokok itu masing-masing bersangkutan dengan lingkungan tertentu atau
dikenakan bagi pokok masalah tertentu.
Kebenaran
secara umum bersangkutan dengan
pemikiran dan cabang filsafat yang disebut logika. Wacana dalam bidang
pengetahuan, khususnya pengetahuan ilmiah, dipengaruhi oleh ide kebenaran.
Orang berbicara tentang kebenaran dalam bidang ilmu pngetahuan, matematika,
filsafat, sejarah, agama dan teologi. Kebenaran juga dipersoalkan apakah hanya
dalam pertimbangan pikiran ataukah dalam pengungkapannya yang berbentuk bahasa,
atau pada kemampuan pencerapan indera atau pada pengalaman manusia. Persoalan yang
bersangkutan dengan ide kebenaran sangat luas. Apakah ukuran kebenaran itu?
Bagaimanakah hubungan antara kebenaran dengan kenyataan? Macam kebenaran,
misalnya kebenaran teoritis dan kebenaran praktis, kebenaran illahi dan
kebenaran manusiawi, kebenaran kata dan kebenaran makna. Segi moral dari
kebenaran, misalnya persyaratan untuk menemukan kebenaran, di antaranya
kemerdekaan berpikir dan kebebasan berdiskusi.
Kebaikan
pada umumnya bersangkutan dengan kehendak manusia atau realisasinya dalam
tindakan atau tingkah laku dan merupakan persoalan dalam etika atau moral. Ide
tentang kebaikan (goodness)
atau yang baik (the good)
atau sifat baik (good)
dapat dikatakan bersangkutan dengan manusia, benda maupun Tuhan. Orang
dikatakan baik, kalau dia sering menolong atau membantu orang lain. Suatu
kehendak dikatakan baik, kalau dilatarbelakangi dorongan tanpa pamrih.
Bersifat
tidak semata-mata faktawi (spekulatif). Sifat spekulatif
ini kadang dipahami secara keliru bahwa filsafat berkaitan dengan fakta.
Filsafat jelas tidak dapat meninggalkan fakta, namun persoalan yang dikaji
filsafat berusaha melampaui fakta tersebut. Hal ini untuk membedakan dengan
pengetahuan ilmiah yang bersifat empiris atau pengetahuan yang menyangkut fakta
atau realitas yang dapat diindera. Pengetahuan fakta adalah pengetahuan yang
dapat diukur, dihitung atau ditimbang, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau
bersifat kuantitatif. Bila seseorang
menanyakan kepada Anda tentang “Apa filsafat Anda?” berarti jawabannya bukanlah
definisi atau fakta historis yang Anda ketahui atau informasi khusus yang Anda
miliki melainkan Anda mencoba menyatakan makna tentang apa yang Anda ketahui
dan Anda punyai.
Sebagai
contoh, seorang ilmuwan memikirkan salah satu dari kejadian alam yang disebut
hujan. Ilmuwan dapat memikirkan sebab terjadinya hujan dan memberikan deskripsi
tentang kejadian itu. Dalam suatu kawasan, ilmuwan dapat meramal daerah mana
yang akan terkena hujan serta tinggi rendahnya hujan dapat dinyatakan dalam
bentuk ukuran yang bersifat kuantitatif. Namun, ilmuwan tidak mempersoalkan
maksud dan tujuan hujan karena hal itu di luar batas kewenangan ilmiah. Ia
tidak menanyakan ”apakah ada kekuatan atau tenaga yang mampu menimbulkan
hujan?” Ilmuwan tidak memikirkan apakah kekuatan atau tenaga yang menimbulkan
hujan itu berwujud materi atau bukan materi. Pemikiran tentang “maksud”, “tujuan”
dan “kekuatan” itu bersifat spekulatif, artinya melampai batas pengetahuan
ilmiah.
Pertanyaan
yang diajukan oleh para filsuf melampaui batas pengetahuan yang telah mapan (established).
Artinya, para filsuf berusaha untuk menduga kemudian yang akan terjadi. Para
filsuf telah memberikan sumbangan yang penting, mengajukan terkaan yang cerdik
(intelligent guess) tentang hal yang
tidak tercakup dalam pengetahuan yang sekarang dimiliki masyarakat. Misalnya,
tentang “kematian”, “kebahagiaan”, “masyarakat adil makmur”, “manusia
seutuhnya”, “civil society”.
Banyak temuan ilmiah dalam bidang psikologi dan sosiologi yang memperkuat teori
filsafat yang telah dikemukakan sebelumnya oleh para filsuf. Namun, tidak dapat
diingkari bahwa para filsuf telah mengajukan banyak sekali terkaan namun
kemudian ditolak oleh fakta-fakta yang dikemukakan oleh para ilmuwan.
Bersangkutan
dengan arti (meaning) dan nilai (value).
Persoalan
kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan pengungkapan secara eksplisit dan
penemuan arti suatu konsep, teori atau isilah yang digunakan. Hal ini sejalan
dengan pengertian filsafat sebagai suatu analisis kritis atas bahasa dan
istilah. Persoalan kefilsafatan juga bertalian dengan keputusan tentang
penilaian moral, estetis, agama dan sosial. Filsafat merupakan kegiatan untuk
mencari kebijaksanaan atau kearifan (wisdom)
dan bukan mencari informasi tentang fakta. Kebijaksanaan adalah satu sikap
menilai dan menimbang-nimbang sejumlah tindakan dengan memberikan penafsiran
yang masuk akal.
Nilai
adalah keberhargaan atau keunggulan pada sesuatu hal yang menjadi objek
(sasaran) dari keinginan manusia yang didambakan, diperjuangkan dan
dipertahankan. Adanya nilai dalam kehidupan manusia, menjadikan manusia merasa
senang, puas, atau merasa bahagia. Nilai bersangkutan dengan pemahaman dan
penghayatan manusia. Para filsuf mendiskusikan pertanyaan tentang nilai yang
terdalam (ultimate value). Kebanyakan
pertanyaan kefilsafatan berkaitan dengan hakikat nilai. Hasil pemikiran manusia
tentang alam, kedudukan manusia dalam alam, sesuatu yang dicita-citakan
manusia. Semuanya itu secara tersirat mengandung nilai. Misalnya pertanyaan
“apakah Tuhan itu?” Jawaban yang diberikan berupa normanorma (realisasi nilai)
yang digunakan dalam menilai tindakan dan memberi bimbingan dalam mengadakan
pilihan atas perbuatan yang akan dilakukan.
Ada perbedaan antara
filsafat dan ilmu dalam kaitannya dengan problem nilai. Ilmu pengetahuan
menjawab pertanyaan tentang fakta yang bersifat kuantitatif. Ilmu pengetahuan
tidak memberikan jawaban tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang
ilmuwan.
Apabila
seorang ilmuwan diajukan pertanyaan tentang hydrogen cyanide
dan penicilin, maka mereka sepakat menjawab bahwa hydrogen cya-nide
adalah racun yang baik, sedangkan penicilin adalah zat pembunuh kuman. Ilmuwan
mengemukakan jawaban berupa fakta-fakta yang dapat diverifikasi secara empiris.
Dalam hal ini ilmuwan tidak memberikan jawaban atas pertanyaan “apakah
euthanasia atau mematikan (bukan membunuh) pasien karena belas kasihan (mercykilling)
dapat dibenarkan secara moral?” Para ilmuwan memerlukan bantuan para filsuf
moral untuk membantu menjawab pertanyaan ini.
Bersifat
sinoptik. Problem filsafat dipandang dalam
pemahaman yang sinoptik. Artinya, hal atau benda dipahami dalam konteks keseluruhan.
Ilmu hanya membahas aspek khusus atau aspek tertentu dari benda. Dalam
menghadapi kenyataan yang manusia terlibat di dalamnya, para filsuf berusaha
menggeneralisasikan, mensintesiskan, mengkritik dan menyatupadukan
(mengintegrasikan). Dengan demikian, problem filsafat mencakup struktur
kenyataan sebagai suatu keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat
susunan kenyataan sebagai suatu keseluruhan.
orang ini sangat hebat menjabarkan filsafat. aku tetap saja belum maksud
BalasHapus