TINDAKAN MANUSIA
Menurut Aristoteles, setiap tindakan manusia pasti
memiliki tujuan, sebuah nilai. Ada dua macam tujuan: tujuan sementara dan
tujuan akhir. Tujuan sementara hanyalah sarana untuk tujuan lebih lanjut.
Tujuan akhir adalah tujuan yang tidak kita cari demi tujuan lebih lanjut,
melainkan demi dirinya sendiri, tujuan yang kalau tercapai, mestinya tidak ada
lagi yang masih diminati selebihnya. Jawaban yang diberikan Aristoteles untuk tujuan
akhir ini menjadi sangat berarti dalam sejarah etika selanjutnya, yaitu:
Kebahagiaan! Kalau seseorang sudah bahagia, tidak ada yang masih dinginkan
selebihnya. Maka pertanyaan kunci adalah: Hidup macam apa yang menghasilkan
kebahagiaan? Dua pengertian paling penting adalah bahwa hidup secara moral membuat
manusia bahagia, dan bahwa kebahagiaan tidak diperoleh dengan malas-malas hanya
ingin menikmati segala hal enak, melainkan dengan secara aktif mengembangkan
diri dalam dimensi yang hakiki bagi manusia. Adalah jasa Aristoteles bahwa ia
memperlihatkan bahwa hidup yang bermakna itu justru membuat bahagia. Aristoteles
juga memperlihatkan kearah mana kita harus berusaha. Arah itu adalah kemanusiaan
kita, pewujudnyataan ciri-ciri yang khas bagi manusia. Ciri yang pertama adalah
logos, roh, bagian ilahi dalam manusia, dimensi doa, dimensi dimana manusia boleh
berkomunikasi dengan Allah.
Dimensi kedua adalah masyarakat. Aristoteles begitu menekankan
ciri sosial manusia. Manusia adalah zoon politikon, mahluk bermasyarakat. Manusia
tidak mungkin mencapai kepuasan sendirian. Ia menjadi diri dalam kebersamaan
dengan manusia lain, dimana ia baik menerima maupun memberikan. Hanya dengan
melibatkan diri dengan masyarakat-keluarga, kampung, dan komunitas politik-
manusia menjadi diri sendiri. Dalam memberi dan menerima, dalam membangun
kehidupan bersama itulah jalan ke kebahagiaan. Salah satu unsur utama ajaran Aristoteles
adalah tekanan pada keutamaan. Watak moral seseorang ditentukan oleh keutamaan
yang dimilikinya. Memiliki keutamaan berarti mantap dengan dirinya sendiri karena
ia mantap dalam memilih apa yang betul-betul bernilai daripada apa yang sekedar
merangsang. Dan keutamaan dapat kita usahakan. Dengan tegas bertindak menurut
apa yang kita sadari benar, kita menjadi semakin mampu untuk bertindak demikian,
kita semakin gampang bertindak etis; dan bertindak etis memberi rasa kuat dan
bahagia. Wujud etika Aristoteles menjadi jelas dalam Etika Nikomacheia yang
membahas persahabatan. Disini Aristoteles memberi pesan yang menentukan:
Manusia tidak berkembang dengan memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri,
melainkan dengan membuka diri terhadap orang lain. Manusia tidak mencapai
kebahagiaan dan keluhurannya dengan mau memiliki sesuatu, melainkan dengan mengerahkan
diri pada usaha bersama: bagi sahabat, desa, dan masyarakatnya. Adalah lebih
luhur mati bagi sahabat dari pada hidup, tetapi meninggalkannya. Aristoteles
mendekati kebijakan yang ada baik pada Yesus maupun pada etika Jawa. Yesus
mengatakan bahwa siapa kehilangan nyawanya demi yang paling luhur, akan
memperolehnya, dan pepatah Jawa mengatakan bahwa mati ditengah kehidupan
menghasilkan hidup ditengah kematian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar