KRITIK TERHADAP POPPER
Kritik
pertama disampaikan oleh Thomas Kunt ia melihat bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan itu dilihat dari masa lalu dan jika demikian maka apa yang
diungkapkan oleh Popper tidak sesuai. Kunt mengungkapkan bahwa perkembang ilmu
pengetahuan itu melalui 2 tahapan, yaitu tahap normal dan tahap revolusi.
Tahap
normal ditandai dengan kesepahaman dikalangan ilmuwan tentang permasalahan yang
pantas diteliti maupun syarat0syarat yang harus dipenuhi supaya hasil
penelitian dapat diterima. Dengan adanya kesepakatan ini maka metode yang
digunakannya pun berdasarkan kesepakatan. Karena ada kesepakatan diantara
ilmuwan maka setiap fakta baru yang muncul akan segera diketahui keberadaannya.
Namun ketika f\suatu fakta baru muncul dan dianggap menyimpang karena tidak
dapat diteliti dengan menggunakan paradigman yang dianut, maka tidaks egera
mengganti paradigma yang lama dengan yang baru seperti apa yang dikatakan oleh
Popper tetapi semua ilmuwan itu mencoba berdialog dan membicarakan hal ini guna
menetapkan paradigman baru yang akan dipakai, dan jika pada perbincangan itu
tidak bisa dijelaskan tentang fakta yang baru ini maka barulah keabsahan yang
menyimpang mulai diakui dan timbul akan paradigma baru. Dan ini merupakan
permulaan dari tahap revolusi.
Ciri
khas dari tahap revolusi adalah tiadanya satu paradigma yang berperan sebagai
titik orientasi yang tetap dan juga jatuhnya syarat-syarat yang dianggap harus
dipenuhi untuk suatu penelitian, atau menurut Kunt dinamakan Anomali. Dengan
demikian maka penjelasan untuk pengertian paradigma dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang menyertainya harus bersifat sosiologis.
Kritik
kedua dilontarkan oleh Winch, ia mengatakan bahwa asumsi dasar Popper tentang
tujuan ilmu pengetahuan tidaklah benar karena tujuan ilmu pengetahuan adalah
mengembangkan ilmu pengetahuan berkesatuan
(Einheitswissenschaft),
dan menurut Winch antara ilmu alam dan ilmu sosial terdapat perbedaan yang
mendasar sehingga kenyataan yang ingin dideskripsikan dan dijelaskan oleh ilmu
sosial menunjukkan sifat lain dari ilmu alam sehingga tidak dapat dijelaskan dengan
hukum-hukum abstrak dan universal. Ilmu sosial umumnya bertugas memberikan
interpretasi, yakni harus menerangkan “pengertian” konsep yang berkaitan dengan
kelakuan manusia dan metode yang paling cocok untuk itu harus bersifat
interpretatif dan berdasarkan apa yang lazim dinamakan “verstehen”. Asas
filsafat ilmu pengetahuan yang mendasari ilmu alam tidak dapat dianggap berlaku
untuk ilmu-ilmu sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar