Rabu, 14 Desember 2016

MATEMATIKA SEBAGAI AKTIVITAS INSANI

MATEMATIKA SEBAGAI AKTIVITAS INSANI

Pandangan terhadap tentang apa itu matematika akan berpengaruh pada cara pembelajaran matematika itu sendiri.  Oleh karena itu akan diulas sekilas tentang apa itu matematika sebagai penopang  pembelajaran matematika. Sejak zaman dahulu terjadi perbedaan dalam memandang apa itu matematika. Padahal sebagaimana kita tahu, matematika itu sendiri adalah tunggal, hanya saja matematika dapat dilihat dari berbagai sudut berbeda yang sebenarnya satu sama lain saling melengkapi bukan saling kontradiksi.  Plato bersama penganutnya yang disebut platonisme memandang bahwa matematika berasal dari kerajaan Tuhan yang turun ke bumi (Matematics descends from a divine realm) sedangkan Aristotheles beserta penganutnya yang disebut dengan aristotelisme berpendapat bahwa matematika tumbuh dari permasalahan kehidupan insani (Mathematics ascends from the human animal) (Anglin, 1994: p. 1). 
Apabila ditilik dari prosesnya maka matematika pada permulaannya bermula dari masalah situasional kehidupan insani. Kemudian melalui proses idealisasi, abstraksi, dan generalisasi berkembang menuju kepada ilmu matematika formal. Pada akhirnya, dalam pembuktian matematika formal yang berlaku adalah cara berfikir yang deduktif dan menolak cara berfikir induktif. Oleh karenanya bukti dengan induksi matematikapun juga memakai cara berfikir deduktif (Ruseffendi, 2006). 
Dari tingkatan masalah situasional menuju tingkatan matematika formal terdapat dua tingkatan antara, yakni tingkatan referensial dan tingkatan general (Gravemeijer, 1994: p. 102).

Proses yang dimulai dari masalah-masalah situasional insani berpindah menuju pada matematika formal dialami oleh setiap orang. Secara mudah dikatakan bahwa setiap aktivitas insani selalu melibatkan matematika baik secara langsung maupun tidak langsung. Olah karenanya  Hans Freudenthal, seorang matematikawan dari Belanda, mengemukakan gagasan bahwa matematika dianggap sebagai akvititas insani (mathematics as human activity) (Lange, 2000; Hadi, 2005). Kiranya pandangan Freudenthal tentang matematika sesuai bila diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar