Rabu, 14 Desember 2016

KONTRIBUSI FILSAFAT DENGAN BAHASA

KONTRIBUSI FILSAFAT DENGAN BAHASA


Filsafat telah melahirkan bahasan tentang bentuk bahasa (ekspresi) dan makna. Bentuk bahasa secara umum direpresentasikan oleh tata bahasa sedangkan makna dibahas secara mendalam dalam kajian Semantik. Tentang tata bahasa, pada jaman Yunani beberapa filsuf saat itu memberikan gambaran- gambaran yang sangat jelas, sebagai contoh Plato memperkenalkan onoma dan rhemata seperti telah disebutkan sebelumnya, dimana onoma berfungsi sebagai subjek dan rhemata berfungsi sebagai predikat. Ini memberikan dasar lebih lanjut pada perkembangan teori tata bahasa secara umum, meskipun pada abad-abad selanjutnya terjadi perbedaan yang cukup mendasar, yang bisa saja disebabkan oleh perbedaan interpretasi dan perkembangan pemikiran manusia. Pada ujung kontinuum lainnya terdapat makna. Proses pencarian makna ini tentu tidak hanya dikaitkan pada struktur atau tata bahasa saja, namun juga dipengaruhi oleh konteks yang dalam filsafat berkaitan dengan kebenaran pragmatis. 
Makna secara umum menjadi fokus utama kajian Semantik, di mana di dalamnya beragam unsur filsafat ditemukan. Konsep-konsep sinonim, antonim, hiponim, meronim, dsb. Diperkenalkan sedemikian rupa untuk dapat menghasilkan pemaknaan yang tepat akan sebuah pernyataan. Di dalam Semantik ini sebenarnya bernaung sebuah kajian yang saat ini disebut dengan Pragmatik. Pragmatik sendiri pada dasarnya merupakan kajian tentang bagaimana bahasa dipergunakan. Pernyataan tertentu akan beragam maknanya menyesuaikan dengan konteksnya, di mana dalam teori kebenaran pragmatis, sebuah pernyataan akan dianggap benar apabila dapat memberikan manfaat praktis bagi manusia. J.L. Austin dapat disebut sebagai salah seorang yang telah memberikan jasa besar bagi perkembangan dunia Pragmatik. Bahasan tentang tindak tutur (Locutionary Acts, Illocutionary Acts, dan Perlocutionary Acts) dijabarkan dengan mendalam sehingga dapat dibedakan satu sama lainnya. Ahli bahasa lainnya, semisal Searle (1975), kemudian mengembangkan teori-teori Pragmatik lebih lanjut dengan membedakan tindak tutur itu menjadi lima kelompok utama, yaitu: a) representatif (berbentuk pernyataan), b) direktif (berbentuk pertanyaan, permintaan dan perintah, c) komisif (berbentuk pernyataan janji, tekad, jaminan, sumpah, dan persetujuan, d) ekspresif (pernyataan perasaan tentang sesuatu, seperti ucapan terima kasih, mohon maaf, dan ucapan selamat); dan e) deklaratif (berbentuk pengumuman, pemberitahuan, proklamasi, dan pemberian nama).   
Dalam dunia pengajaran bahasa, filsafat juga memberikan jalan yang sangat luas, dimulai dari teori-teori tentang pemerolehan bahasa baik berdasarkan pandangan behaviorisme, kognitivisme, dsb. Teori-teori tersebut tentu didasarkan pada pernyataan- pernyataan filsafat dari filsuf kenamaan pada zaman-zaman sebelumnya. Secara praktis, dapat kita ambil sebuah contoh. Dalam pengajaran menulis, kita sering disuguhkan dengan dua teknik utama penyampaian ide, apakah secara induktif dan deduktif. Induktif mengikuti filosofi empirisme yang bertitik tolak dari fakta-fakta yang bersifat khusus dan dengannya mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Pada sisi lain, deduktif berpedoman pada aliran rasionalisme dengan bertitik tolak dari sesuatu yang umum untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat khusus. Kedua metode ini sangat membantu dalam proses belajar menulis.  Dengan demikian, dapat kita lihat bahwa filsafat benar-benar memberikan nuansa dalam perkembangan bahasa baik secara teoritis maupun praktis. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan di antara para filsuf namun bukan berarti harus saling menyalahkan. Kebenaran selalu berada dalam proses pencarian dan akan sangat bersifat relatif.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar