PENGERTIAN DAN
TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT IBNU KHALDUN
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu
aktivitas yang semat-mata bersifat pemiki- ran dan perenungan yang jauh dari
aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan
merupakan gejala kon- klusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan
perkembangannya dalam tahapan kebudayaan. Menurutnya, ilmu dan pendidikan tidak
lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis ins am".: Di
dalam kitab Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun tidak mem- berikan definisi pendidikan
secara jelas. la hanya memberikan gambaran- gambaran secara umum, seperti
dikatakannya:
Barangslapa tidak terdidik oleh orang tuanya, maka
akan terdidik oleh zaman, maksudnya barangsiapa tidak memperoleh tata krama
yang dibutuhkan sehubungan pergaulan bersama melalui orang tua mereka yang
mencakup guru-guru dan para sesepuh, dan tidak mempelajari hal itu dari mereka,
maka ia akan mempelajarinya dengan bantuan alarn, dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sepanjang zaman, zaman akan mengajarkannya.
Dari pendapatnya ini dapat diketahui bahwa pendidikan
menurut Ibnu Khaldun mempunyai pengertian yang cukup luas. Pendidikan bukan
hanya merupakan proses belajar mengajar yang dibatasi oleh empat dinding, tetapi
merupakan suatu proses, di mana manusia secara sadar menangkap, menyerap, dan
menghayati peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman. Menurut Ibnu Khaldun,
secara esensial manusia itu bodoh, dan menjadi berilmu melalui pencarian ilmu
pengetahuan. Alasan yang dikemukakan bahwa manusia adalah bagian dari jenis
binatang, dan Allah SWT telah membedakannya dengan binatang dengan diberi akal
pikiran. Kemampuan manusia untuk berfikir baru dapat dicapai setelah sifat
kebinatangannya mencapai kesem- purnaan, yaitu dengan melalui proses kemampuan
membedakan. Sebelum pada tahap ini manusia sama sekali persis seperti binatang.
Manusia hanya berupa setetes sperma, segumpal darah, sekerat daging dan masih
ditentukan rupa mentalnya. Kemudian Allah memberikan anugerah berupa
pendengaran, penglihatan dan akal. Pada waktu itu manusia adalah materi
sepenuhnya karena itu dia tidak mempunyai ilmu pengetahuan. Dia mencapai
kesempurnaan bentuknya melalui ilmu pengetahuan yang dicari melalui organ
tubuhnya sendiri. Setelah manusia mencapai eksistensinya, dia siap menerima apa
yang dibawa para nabi dan mengamalkannya demi akhiramya. Maka dia selalu
berfikir tentang semuanya. Dari pikiran ini tercipta berbagai ilmu pengetahuan
dan keahlian-keahlian. Kemudian manusia ingin mencapai apa yang menjadi
tuntutan wataknya; yaitu ingin mengetahui segala sesuatu, lalu dia mencari
orang yang lebih dulu memiliki ilmu atau kelebihan. Setelah itu pikiran dan
pandangannya dicurahkan pada hakekat kebenaran satu demi satu serta
memperhatikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya yang berguna bagi esensinya.
Akhirnya dia menjadi terlatih sehingga pe- ngajaran terhadap gejala hakekat
menjadi suatu kebiasaan (malakah) baginya. Ketika itu ilmunya menjadi suatu
ilmu spesial, dan jiwa generasi yang sedang tumbuh pun tertarik untuk
memperoleh ilmu tersebut. Mereka pun meminta bantuan para ahli ilmu
pengetahuan, dan dari sinilah timbul pengajaran. Inilah yang oleh Ibnu Khaldun
dikatakan bahwa ilmu pengetahuan merupakan hal yang alami di dalam peradaban
manusia. Adapun tujuan pendidikan, Ibnu Khaldun tidak merumuskannya secara
jelas di dalam Muqaddimahnya. Akan tetapi dari uraian yang tersirat, dapat
diketahui tujuan yang seharusnya dicapai di dalam pendidikan. Dalam hal ini
al-Toumy mencoba menganalisis isi Muqaddimah-nya dan ditemukan beberapa tujuan
pendidikan yang hendak dicapai. Menurutnya, berdasarkan Muqaddimah Ibnu
Khaldun, ada enam tujuan yang hendak dicapai melalui pendidikan, yaitu:
- Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan, yaitu dengan mengajarkan syair-syair agama menurut al-Qur'an dan Hadits Nabi sebab dengan jalan itu potensi iman itu diperkuat, sebagaimana dengan potensi-potensi lain yang jika mendarah daging, maka ia seakan-akan menjadi fithrah.
- Menyiapkan seseorang dari segi akhlak. Hal ini sesuai pula dengan apa yang dikatakan Muhammad AR., bahwa hakekat pendidikan menurut Islam sesungguhnya adalah menumbuhkan dan membentuk kepribadian manusia yang sempurna melalui budi luhur dan akhlak mulia.
- Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial.
- Menyiapkan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan. Ditegaskannya tentang pentingnya pekerjaan sepanjang umur manusia, sedang pengajaran atau pendidikan menurutnya termasuk di antara keterampilan-keterampilan itu.
- Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran, sebab dengan pe- mikiran seseorang dapat memegang berbagai pekerjaan atau keterampilan tertentu.
- Menyiapkan seseorang dari segi kesenian, di sini termasuk musik, syair, khat, seni bina dan Iain-lain.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu penge- tahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian. Ibnu Khaldun telah memberikan porsi yang sama antara apa yang akan dicapai dalam urusan ukhrawi dan duniawi, karena baginya pendidikan ada- lah jalan untuk memperoleh rezeki. Maka atas dasar itulah Ibnu Khaldun beranggapan bahwa target pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif dan bekerja. Dia memandang aktivitas ini sangat penting bagi terbukanya pikiran dan kema- tangan individu, karena kematangan berfikir adalah alat kemajuan ilmu industri dan sistem sosial.
Dari rumusan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun menganut
prinsip keseimbangan. Dia ingin anak didik mencapai kebahagiaan duniawi dan
sekaligus ukhrawinya kelak. Berangkat dari pengama- tan terhadap rumusan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai Ibnu Khaldun, secara jelas kita dapat melihat
bahwa ciri khas pendidikan Islam yaitu sifat moral religius tampak jelas dalam
tujuan pendidikannya, tanpa mengabaikan masalah-masalah duniawi. Sehingga
secara umum dapat kita katakan bahwa pendapat Ibnu Khaldun tentang pendidikan
telah sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yakni aspirasi yang
bernafaskan agama dan moral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar