Sabtu, 31 Desember 2016

MASYARAKAT PRODUKSI



MASYARAKAT PRODUKSI

Sejarah masyarakat ditandai oleh tahap-tahap atau cara-cara produksi yang progresif. Secara umum, cara produksi yang ada adalah: komunisme primitif, perbudakan kuno, feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. "Dalam garis besar", menurut Marx, "cara-cara produksi bisa digambarkan sebagai rentang waktu yang menandai kemajuan dalam perkembangan masyarakat." Melalui tahap-tahap inilah ada kemajuan dalam arti bahwa teknologi, ilmu dan pengetahuan manusia bergerak maju, menciptakan dasar-dasar untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota masyarakat.
Masyarakat maju dari masyarakat tanpa kelas yang primitif (komunisme primitif), melalui berbagai masyarakat kelas, dan kini memasuki masa sosialisme, atau tahap pertama dari komunisme, masyarakat tanpa kelas yang sudah berkembang penuh. Walau kita tidak akan mengamati detil-detil dalam tiap cara produksi, kita akan menggambarkan dengan singkat kekuatan produksi dan hubungan-hubungan kelasnya. Seperti disebutkan sebelumnya, komunisme primitif adalah tahap masyarakat dengan kekuatan produksi yang belum berkembang. Kerja dari semua anggota masyarakat digunakan untuk produksi kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar, dan reproduksi kehidupan manusia. Karena tidak ada kelas, dan tidak ada eksploitasi maka semua orang terlibat dalam perjuangan melawan alam untuk bertahan hidup. Dengan berkembangnya kekuatan produksi, dan adanya produksi surplus (lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan yang paling dasar) maka muncul bentuk paling awal dari masyarakat kelas. Perbudakan kuno (Yunani dan Romawi adalah contoh paling baik) adalah awal bagi pemilikan pribadi atas tanah dan budak. Perbaikan kekuatan produksi muncul pada dasarnya melalui penggunaan besi dalam membuat alat dan senjata. Kelas penguasa pemilik budak juga bersifat ekspansif dan merupakan suatu kelas yang membangun kerajaan-kerajaan besar. Negara pertama kali berkembang dalam masyarakat budak, untuk melindungi "hak" warga (pria yang memiliki sesuatu); khususnya pemilik budak.
Di masa feodalisme ekonomi didasarkan pada pertanian. Dua kelas utama pada masa ini adalah tuan tanah feodal, yang memiliki wilayah tanah dan ternak yang luas, dan mengontrol kehidupan hamba-hambanya; dan hamba yang bekerja menggarap tanah, memiliki alat-alat dan menghasilkan barang untuk konsumsi dan untuk diserahkan sebagai persembahan (hasil pertanian) untuk tuan-tuan mereka. Selama masa tertentu dalam era feodal ini, ada kemandekan dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Namun, bagian akhir dari periode ini menyaksikan kemajuan-kemajuan besar dalam kekuatan produksi: kemajuan- kemajuan dalam metode pertanian dan ternak, demikian pula pemanfaatan tenaga air dan angin, penciptaan alat bajak modern, mesin pemintal, meiu, mesin cetak pers, dsb. Kekuasaan politik dibawah feodalisme terpecah-belah. Monarki, yang secara resmi memimpin negara tidak punya lagi sumber-sumber untuk memperluas kekuasaannya dan tuan tanah feodal yang tercerai-berai itu menguasai tanah milik dan para bangsawan.
Dalam konteks ini, gereja katolik adalah pemilik tanah paling luas, dan pemegang kekuasaan politik dan legal paling terpusat, serta pejuang ideologi dominan paling terkemuka. Raja dan tuan tanah feodal, dalam kerjasamanya dengan gereja katolik, melaksanakan kontrol menyeluruh atas ekonomi, politik, sosial dan agama terhadap massa para hamba. Runtuhnya feodalisme dan bangkitnya kapitalisme terjadi lebih dari satu abad (dari sekitar abad 14 sampai abad 17). Berkembangnya perdagangan dan kelas pedagang, tumbuhnya kota-kota serta kegiatan manufaktur, membuat makin kokohnya pembentukan borjuis. Perjuangan kelas antara borjuis yang sedang bangkit dan bangsawan feodal/gereja katolik merupakan tantangan utama yang mendorong keruntuhan feodalisme. Pada tahap sejarah ini, kelas borjuis merupakan kelas yang progresif, dalam hal kepentingan kelasnya yang sejalan dengan perkembangan kekuatan produktif dan ilmu pengetahuan, demikian pula lembaga-lembaga budaya dan politik masyarakat. Dalam cara produksi kapitalis, "masyarakat secara keseluruhan lebih dan lebih lagi terbelah ke dalam dua kubu besar yang saling bermusuhan, ke dalam dua kelas besar yang secara langsung berhadapan satu sama lain: Borjuis dan Proletariat" (dikutip dari Communist Manifesto). Di bawah kapitalisme, borjuis memiliki semua alat produksi, dan karenanya mampu menarik keuntungan dan mengakumulasi kekayaan dengan cara menghisap kerja proletariat, kelas pekerja yang tidak punya pilihan lain selain menjual tenaga kerjanya pada kapitalis supaya dapat bertahan hidup. Borjuis, dan perkembangan kapitalisme memacu kemajuan luar biasa kekuatan produksi masyarakat. Revolusi industri selama abad-abad 17 dan 18 di Eropa Barat merefleksikan perkembangan kapitalisme tersebut, dengan ditemukannya tenaga uap, pabrik berskala luas, dan kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan industri. Struktur politik kapitalis jadi makin kompleks dari pada sebelumnya. Kekuasaan politik feodal yang terdesentralisasi diganti oleh bentuk kekuasaan negara nasional yang terpusat semasa periode refolusi borjuis abad- abad 18 dan 19. Ideologi borjuis, yang menekankan "kebebasan berusaha" juga telah mengembangkan cita-cita kemerdekaan dan demokrasi, meskipun dalam prakteknya, kemampuan untuk bisa melaksanakan "hak-hak" tersebut sepenuhnya tergantung posisi kelas seseorang dalam masyarakat kapitalis. Proletariat memainkan peran revolusioner dalam memajukan masyarakat dari kapitalisme menuju sosialisme Di samping kemajuan-kemajuan utama yang dibuat pada jaman kapitalisme, cara produksi ini telah bertahan hidup lebih daripada kegunaannya sendiri. Kemajuan pesat yang terbentuk dalam kekuatan produksi telah membawa kekuatan untuk memenuhi kebutuhan semua umat manusia. Tapi kekuatan ini telah dibuat tidak berdaya oleh hubungan ekonomi kapitalis, karena kemakmuran sosial yang berlimpah hanya membuat produksi menguntungkan segelintir kapitalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar