MASYARAKAT PRODUKSI
Sejarah
masyarakat ditandai oleh tahap-tahap atau cara-cara produksi yang progresif.
Secara umum, cara produksi yang ada adalah: komunisme primitif, perbudakan
kuno, feodalisme, kapitalisme, dan sosialisme. "Dalam garis besar",
menurut Marx, "cara-cara produksi bisa digambarkan sebagai rentang waktu
yang menandai kemajuan dalam perkembangan masyarakat." Melalui tahap-tahap
inilah ada kemajuan dalam arti bahwa teknologi, ilmu dan pengetahuan manusia
bergerak maju, menciptakan dasar-dasar untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
masyarakat.
Masyarakat
maju dari masyarakat tanpa kelas yang primitif (komunisme primitif), melalui
berbagai masyarakat kelas, dan kini memasuki masa sosialisme, atau tahap
pertama dari komunisme, masyarakat tanpa kelas yang sudah berkembang penuh.
Walau kita tidak akan mengamati detil-detil dalam tiap cara produksi, kita akan
menggambarkan dengan singkat kekuatan produksi dan hubungan-hubungan kelasnya.
Seperti disebutkan sebelumnya, komunisme primitif adalah tahap masyarakat
dengan kekuatan produksi yang belum berkembang. Kerja dari semua anggota
masyarakat digunakan untuk produksi kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar, dan
reproduksi kehidupan manusia. Karena tidak ada kelas, dan tidak ada eksploitasi
maka semua orang terlibat dalam perjuangan melawan alam untuk bertahan hidup.
Dengan berkembangnya kekuatan produksi, dan adanya produksi surplus (lebih dari
sekadar memenuhi kebutuhan yang paling dasar) maka muncul bentuk paling awal
dari masyarakat kelas. Perbudakan kuno (Yunani dan Romawi adalah contoh paling
baik) adalah awal bagi pemilikan pribadi atas tanah dan budak. Perbaikan
kekuatan produksi muncul pada dasarnya melalui penggunaan besi dalam membuat
alat dan senjata. Kelas penguasa pemilik budak juga bersifat ekspansif dan merupakan
suatu kelas yang membangun kerajaan-kerajaan besar. Negara pertama kali
berkembang dalam masyarakat budak, untuk melindungi "hak" warga (pria
yang memiliki sesuatu); khususnya pemilik budak.
Di
masa feodalisme ekonomi didasarkan pada pertanian. Dua kelas utama pada masa
ini adalah tuan tanah feodal, yang memiliki wilayah tanah dan ternak yang luas,
dan mengontrol kehidupan hamba-hambanya; dan hamba yang bekerja menggarap
tanah, memiliki alat-alat dan menghasilkan barang untuk konsumsi dan untuk diserahkan
sebagai persembahan (hasil pertanian) untuk tuan-tuan mereka. Selama masa
tertentu dalam era feodal ini, ada kemandekan dalam perkembangan ilmu dan
teknologi. Namun, bagian akhir dari periode ini menyaksikan kemajuan-kemajuan
besar dalam kekuatan produksi: kemajuan- kemajuan dalam metode pertanian dan
ternak, demikian pula pemanfaatan tenaga air dan angin, penciptaan alat bajak
modern, mesin pemintal, meiu, mesin cetak pers, dsb. Kekuasaan politik dibawah
feodalisme terpecah-belah. Monarki, yang secara resmi memimpin negara tidak punya
lagi sumber-sumber untuk memperluas kekuasaannya dan tuan tanah feodal yang
tercerai-berai itu menguasai tanah milik dan para bangsawan.
Dalam
konteks ini, gereja katolik adalah pemilik tanah paling luas, dan pemegang kekuasaan
politik dan legal paling terpusat, serta pejuang ideologi dominan paling
terkemuka. Raja dan tuan tanah feodal, dalam kerjasamanya dengan gereja
katolik, melaksanakan kontrol menyeluruh atas ekonomi, politik, sosial dan
agama terhadap massa para hamba. Runtuhnya feodalisme dan bangkitnya
kapitalisme terjadi lebih dari satu abad (dari sekitar abad 14 sampai abad 17).
Berkembangnya perdagangan dan kelas pedagang, tumbuhnya kota-kota serta
kegiatan manufaktur, membuat makin kokohnya pembentukan borjuis. Perjuangan
kelas antara borjuis yang sedang bangkit dan bangsawan feodal/gereja katolik
merupakan tantangan utama yang mendorong keruntuhan feodalisme. Pada tahap
sejarah ini, kelas borjuis merupakan kelas yang progresif, dalam hal
kepentingan kelasnya yang sejalan dengan perkembangan kekuatan produktif dan
ilmu pengetahuan, demikian pula lembaga-lembaga budaya dan politik masyarakat.
Dalam cara produksi kapitalis, "masyarakat secara keseluruhan lebih dan
lebih lagi terbelah ke dalam dua kubu besar yang saling bermusuhan, ke dalam
dua kelas besar yang secara langsung berhadapan satu sama lain: Borjuis dan
Proletariat" (dikutip dari Communist Manifesto). Di bawah kapitalisme,
borjuis memiliki semua alat produksi, dan karenanya mampu menarik keuntungan
dan mengakumulasi kekayaan dengan cara menghisap kerja proletariat, kelas
pekerja yang tidak punya pilihan lain selain menjual tenaga kerjanya pada
kapitalis supaya dapat bertahan hidup. Borjuis, dan perkembangan kapitalisme
memacu kemajuan luar biasa kekuatan produksi masyarakat. Revolusi industri
selama abad-abad 17 dan 18 di Eropa Barat merefleksikan perkembangan
kapitalisme tersebut, dengan ditemukannya tenaga uap, pabrik berskala luas, dan
kemajuan pesat dalam ilmu pengetahuan dan industri. Struktur politik kapitalis
jadi makin kompleks dari pada sebelumnya. Kekuasaan politik feodal yang
terdesentralisasi diganti oleh bentuk kekuasaan negara nasional yang terpusat
semasa periode refolusi borjuis abad- abad 18 dan 19. Ideologi borjuis, yang
menekankan "kebebasan berusaha" juga telah mengembangkan cita-cita
kemerdekaan dan demokrasi, meskipun dalam prakteknya, kemampuan untuk bisa
melaksanakan "hak-hak" tersebut sepenuhnya tergantung posisi kelas
seseorang dalam masyarakat kapitalis. Proletariat memainkan peran revolusioner
dalam memajukan masyarakat dari kapitalisme menuju sosialisme Di samping
kemajuan-kemajuan utama yang dibuat pada jaman kapitalisme, cara produksi ini
telah bertahan hidup lebih daripada kegunaannya sendiri. Kemajuan pesat yang
terbentuk dalam kekuatan produksi telah membawa kekuatan untuk memenuhi
kebutuhan semua umat manusia. Tapi kekuatan ini telah dibuat tidak berdaya oleh
hubungan ekonomi kapitalis, karena kemakmuran sosial yang berlimpah hanya
membuat produksi menguntungkan segelintir kapitalis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar